Di Indonesia, wilayah pengamatan terbaik untuk transit Venus adalah di Nusa Tenggara Timur (NTT), puncaknya terjadi pukul 08.30 pagi.

Peluh dingin terlihat di dahi Muhammad Rayhan,
Ketua Himpunan Astronom Amatir Jakarta (HAAJ). Lelaki ramah itu tampak
kikuk ketika diberi alat pengendali slide presentasi. Satu kali salah klik,"Oh, maaf," katanya sambil tersenyum malu.
Sekitar seratusan anak Sekolah Menengah Umum dan puluhan undangan
lainnya hanya tertawa maklum. Tak ada rona mengecilkan Rayhan, pria yang
siang itu memaparkan fenomena transit Venus yang akan terjadi pada 6 Juni 2012.
Transit Venus merupakan fenomena yang terjadi dalam siklus pasti
121,5 tahun, 8 tahun, 105,5 tahun, 8 tahun, 121,5 tahun, dan seterusnya
berulang. Fenomena ini terakhir kali terjadi pada 2004 lalu. Dengan
demikian, 6 Juni nanti - sesuai deret hitung delapan tahun - tepat jatuh
pada tahun 2012. Fenomena berikutnya baru akan terjadi lagi pada tahun
2117.
"Fenomena tahun ini tidak akan bisa dinikmati lagi dalam jangka waktu
usia kita," kata Rayhan di panggung @america, Pasific Place, Jakarta,
Senin (28/5).
Secara umum fenomena ini nyaris mirip gerhana. Ketika Venus melewati
tepat di antara Bumi dan Matahari. Karena Matahari sangatlah terang,
maka Venus hanya akan terlihat seperti titik hitam kecil di bagian sudut
atasnya. "Hampir seperti gerhana Matahari, posisi yang sama, hanya saja
berbeda komposisi dan penampilan," ujar Rayhan lagi.

Dalam runut sejarah, transit Venus dipelajari pertama kali oleh
astronom Timur Tengah di tahun 1153. Namun, karena tidak ada bukti
tulisan astronomi, peradaban Barat baru mengakui fenomena ini lima abad
kemudian.
Pada 1631, Pierre Gassendi memperkirakan transit Venus ini
berdasarkan teori yang diterapkan Johannes Keppler. Namun, meleset
karena fenomena itu gagal terlihat di Benua Eropa --tempat kedua orang
ini berdiam. Barulah pada 4 Desember 1639, diakui untuk pertama kalinya
terjadi persinggahan Venus ke Matahari karena ada bukti catatan
astronominya.
"Tahun itu, karena belum ada teknologi yang mendukung, fenomena ini
digunakan para astronom untuk mengukur jarak Venus ke Matahari. Atau pun
mengukur jarak Venus ke Bumi," ujar Sten Odenwold, astronom dari Badan
Antariksa Amerika Serikat (NASA), yang terlibat dalam pemaparan ini
lewat teleconfrence.
Ditambahkan Odenwold, semakin modern dunia, semakin transit Venus ini
teramati dengan sempurna. Mikhael Lomonov di tahun 1761 bahkan bisa
mempelajari bahwa ada lapisan atmosfer di Venus.
"Dengan teknologi yang ada di tahun 2012 ini, pengamatan bahkan bisa dinikmati oleh lebih dari 50 juta orang. Ini berasal dari streaming internet, atau teknologi jejaring apa pun yang bisa digunakan."
Pengamatan di Indonesia
Menurut Taufik Hidayat dari Departemen Astronomi Institut Teknologi
Bandung (ITB), masyarakat saat ini beruntung bisa menikmati transit
Venus. Untuk Indonesia Timur, persinggahan ini bisa dinikmati sejak
Matahari terbit. Akan terlihat titik hitam di dekat "wajah" bintang
induk di tata surya kita. Itulah Venus.
"Di Indonesia Barat, ketika Matahari terbit, fenomena ini sudah
terjadi. Masih bisa diikuti perkembangannya, hanya saja durasi untuk
menikmatinya jadi lebih singkat di Indonesia Barat," kata Taufik dengan
menambahkan wilayah terbaik untuk pengamatan di Indonesia adalah di Nusa
Tenggara Timur (NTT).
Tak ada dampak apa pun atas fenomena yang diperkirakan akan berakhir
pada tengah hari ini. Malah, sangat berguna dari sisi akademis karena
ada banyak hal ilmiah yang bisa diambil dari peristiwa langka ini.
"Secara ilmiah, tidak ada pembelajaran khusus untuk Indonesia.
Pengamatan dilakukan bersama, data yang didapat (satu negara dengan yang
lainnya) bisa di-share," kata Taufik.
Jika Anda ingin melihat transitnya Venus ini, diingatkan jangan
melihat langsung. Gunakan kacamata pelindung atau penghalang apa pun
yang meredam laju sinar Matahari ke mata.SOURCE : http://nationalgeographic.co.id
No comments:
Post a Comment